A.
STRUKTUR ELEKTRON DARI ATOM
Dalam Kimia
Organik ada 4 unsur yang harus dimengerti atau dipahami diantaranya adalah
C (carbon), H (Hidrogen), O (Oksigen) dan N (Nitrogen). Keempat unsur ini ada
di kedua periode pertama dari susunan dan elektronnya terdapat dalam dua kulit
elektron yang paling dekat dengan inti. Selain unsur yang empat tadi, unsur
penyusun senyawa organik lainnya yaitu S(Belerang) dan P(Fosfor). Pada materi
pertama akan dijelaskan tentang senyawa elektron dari atom penyusun senyawa
organik.
Susunan Elektron dalam Atom dapat
dijelaskan menggunakan konfigurasi elektron. Penyusunannya dalam Atom
didasarkan pada teori-teori tertentu yaitu diantaranya adalah Teori Dualisme
Gelombang Partikel, Azas ketidakpastian, dan Teori Persamaan Gelombang. Sistem
susunan elektron dalam Atom dapat dilihat pada tabel gambar berikut :
Elektron
mempunyai jumlah maksimum dalam kulit tertentu sebesar 2n2 dengan ( n )
adalah Nomor Kulit. Pengisian Elektron dimulai pada kulit, dengan tingkat
energi terendah yaitu kulit pertama atau ( K ) yang dilanjutkan dengan kulit L,
M N dan seterusnya. Pengisian dilakukan dengan maksimum terlebih dahulu untuk
tiap kulit, karna apabila 18 elektron maka elektron akan mengisi kulit K
sebanyak dua yang dilanjutkan dengan pengisian kulit L sebanyak 8 elektron dan
diakhiri dengan kulit L pula sebanyak 8 elektron.
Setiap
kulit elektron berhubungan dengan sejumlah energi tertentu. Elektron yang
paling dekat dengan inti lebih tertarik oleh proton dalam inti daripada
elektron yang lebih jauh kedudukannya. Karena itu, semakin dekat elektron
terdapat ke inti, semakin rendah energinya, dan elektron ini sukar berpindah
dalam reaksi kimia. Struktur elektron valensi dari atom penyusun senyawa
organik dapat digambarkan sebagai berikut :
Misalkan karbon
yang merupakan unsur kimia dan bervalensi 4 (tetravalen), yang berarti bahwa
terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatankovalen, begitu juga dengan unsur lainnya.
B.
JARI-JARI ATOM DAN KEELEKTRONEGATIFAN
Jari-jari atom adalah jarak dari inti
atom ke orbital elektron terluar yang stabil dalam suatu atom dalam keadaan setimbang. Secara umum,
jari-jari atom menurun dalam tabel sistem periodik unsur dari kiri ke kanan dan
meningkat dari atas ke bawah tabel periodik.
Dalam suatu golongan, jari-jari
atom semakin ke atas cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke
atas, kulit elektron semakin kecil. Dalam suatu periode, semakin ke kanan
jari-jari atom cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke kanan
jumlah proton dan jumlah elektron semakin banyak, sedangkan jumlah kulit
terluar yang terisi elekteron tetap sama sehingga tarikan inti terhadap
elektron terluar semakin kuat.
Keelektronegatifan didefinisikan sebagai kecenderungan
suatu atom dalam molekul untuk menarik pasangan elektron yang digunakan pada
ikatan ke arah atom bersangkutan. Elektronegativitas
bukanlah bagian dari sifat atom, melainkan hanya merupakan sifat atom pada molekul. Dalam satu
periode dengan bertambahnya nomor atom, keelektronegatifan cenderung makin
besar, dan dalam satu golongan dengan bertambahnya nomor atom,
keelektronegatifan cenderung makin kecil. Secara khusus, elektronegativitas
bergantung pada keadaan
oksidasi sebuah unsur. Sifat pada atom tunggal yang setara dengan
elektronegativitas adalah afinitas
elektron. Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan
atau yang diserap apabila suatu atom menerima elektron.
C.
PANJANG IKATAN DAN SUDUT IKATAN
Panjang ikatan adalah jarak antara
dua buah atom yang saling berikatan atau jarak rata-rata antar dua buah inti
yang berikatan kovalen. Sedangkan, Sudut ikatan adalah sudut yang dibentuk dari
dua atau lebih atom dalam molekul. Faktor-faktor yang menentukan panjang ikatan
adalah jari-jari kovalen,keelektronegatifan, energi ikatan dan orde ikatan.
·
Jari-Jari
Kovalen
Jari-jari kovalen adalah setengah
dari jarak antara dua inti atom homonuklear yang berikatan kovalen atau
setengah dari jarak ikatan antara dua atom yang sama.Perbedaan panjang ikatan
dalam ikatan antar molekul karena perbedaan pada nomor atom dalam
molekul-molekul tersebut. Jika nomor atom dalam suatu molekul semakin besar
maka semakin besar jari-jari atom nya.
·
Keelektronegatifan
Panjang ikatan di pengaruhi
oleh keelektronegatifan ,untuk ikatan yang dibentuk dari atom-atom yang
memiliki perbedaan keelektronegatifan, rumus Pauling dan Huggins tidak dapat
diterapkan.Kenyataan memberi petunjuk bahwa panjang ikatan seperti ini selalu
lebih pendek daripada jumlah jari-jari atom pembentuknya. Hal ini terjadi
karena adanya kontraksi akibat perbedaan keelektronegatifan polaritas.Termasuk
panjang ikatan H-X (X=Halida) karena perbedaan keelektronegatifan.
·
Orde
Ikatan
Panjang ikatan berkurang dengan
bertambahnya orde ikatan.Makin tinggi orde ikatan,maka ikatannya semakin
pendek,sebaliknya.Namun makin tinggi orde ikatan suatu ikatan molekul,maka
ikatan yang terjadi di antara molekul semakin kuat. pada umumnya ikatan rangkap
lebih kecil ikatannya dari ikatan tunggal.
D.
ENERGI DISOSIASI
Energi disosiasi ikatan merupakan
energi yang diperlukan untuk memutuskan salah satu ikatan 1 mol suatu molekul
gas menjadi gugus-gugus molekul gas. Energi disosiasi ikatan disimbolkan dengan
huruf ‘D‘ .
Contoh
:
CH4(g) ---->
CH3(g) + H(g) ΔH = +425 kJ/mol
CH3(g)
----> CH2(g) +
H(g) ΔH = +480 kJ/mol
Dari reaksi tersebut tampak bahwa
untuk memutuskan sebuah ikatan C-H dari molekul CH4 menjadi gugus
CH3 dan atom gas H diperlukan energi sebesar 425 kJ/mol, tetapi pada
pemutusan ikatan C-H pada gugus CH3 menjadi gugus CH2 dan sebuah atom
gas H diperlukan energi yang lebih besar, yaitu 480 kJ/mol. Jadi, meskipun
jenis ikatannya sama tetapi dari gugus yang berbeda diperlukan energi yang
berbeda pula.
Selain dapat digunakan sebagai
informasi kestabilan suatu molekul, harga energi disosiasi ikatan dapat
digunakan untuk memperkirakan harga perubahan entalpi suatu reaksi. Perubahan
entalpi merupakan selisih dari energi yang digunakan untuk memutuskan ikatan
dengan energi yang terjadi dari penggabungan ikatan. ΣH = Σ Energi ikatan pereaksi – Σ Energi
ikatan hasil reaksi
E.
KONSEP ASAM DAN BASA DALAM KIMIA ORGANIK
ACIDS
Definition:
Chemical substances which are accept required valency electrons due to
electronegativity of gases are called “Acids”.
Definisi:
Zat kimia yang menerima elektron valensi diperlukan karena elektronegativitas
dari gas yang disebut "Asam".
Sifat-sifat
asam yaitu :
·
Rasanya
masam/asam
·
Bersifat
korosif atau merusak
·
Bila
dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan ion
sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ion-ion
dapat di tuliskan sebagai berikut: HA
(aq) à H+ (aq) + A- (aq)
·
Bila
diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus tersebut
menjadi merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus yang berwarna
merah, kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna. Indikator adalah suatu
alat untuk menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun basa.
BASES
Definition:
Chemical substances which are donates required valency electrons due to electropositivity
of solids are called “Bases”.
Definisi:
zat kimia yang menyumbangkan elektron valensi diperlukan karena
elektronegativitas dari padatan yang disebut “Basa”.
Sifat-sifat
basa yaitu:
·
Rasanya pahit
·
Bersifat kaustik atau dapat merusak
kulit
·
Bila dilarutkan dalam air dapat
menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion logam atau gugus lain yang
bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir seluruhnya dilepaskan atau
ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat atau dikatakan memiliki derajat keasaman
yang rendah dan begitu juga sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa
menjadi ion-ion dapat dituliskan sebagai berikut:
BOH (aq) à B+ (aq) + OH- (aq)
· Bila
diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah warna
lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus biru, tidak
akan mengubah warna kertas lakmus tersebut.
1.
TEORI ASAM – BASA
BRONSTED-LOWRY
Pada tahun 1923, Johannes Bronsted (Denmark) dan Thomas
Lowry (Inggris) mempublikasikan tulisan yang mirip satu-sama lain secara
terpisah. Pendekatan teori asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas hanya pada
larutan berair, tetapi mencakup semua sistem yang mengandung proton (H+).
Menurut
Bronsted-Lowry:
•Asam:
zat/senyawa yang dapat mendonorkan proton (H+) bisa berupa kation
atau
molekul
netral.
•Basa:
zat/senyawa yang dapat menerima proton (H+), bisa berupa anion atau
molekul netral.Kata kunci teori asam-basa Bronsted-Lowry: transfer proton dari
asam ke basa. Mengacu teori asam-basa Bronsted-Lowry akan terjadinya
transfer proton, maka dikenal istilah pasangan asam – basa konjugasi.
Air sebagai asam maupun basa. Satu molekul H2O
berperan sebagai basa dan menerima H+ menjadi H3O+;
H2O yang lainnya berperan sebagai asam dan melepaskan H+ menjadi
OH-.
CH3COOH
+ H2O CH3COO- + H3O+
Ion asetat,
CH3CO2-, adalah basa konjugat dari asam
asetat, dan ion hidronium, H3O+, adalah asam
konjugat dari air. Air juga dapat berperan sebagai asam. Ketika bereaksi dengan
amonia:
H2O
+ NH3 OH- + NH4+
H2O
mendonorkan proton kepada NH3. Ion hidroksida adalah basa
konjugat dari air yang berperan sebagai asam, sedangkan
ion amonium adalah asam konjugat dari basa amonia.
Keunggulan
dan Kelemahan Teori Asam-Basa Bronsted Lowry
o
Keunggulan
Menurut Brownsted Lowry setiap zat akan bersifat
asam/basa bergantung apakah zat tersebut menerima atau melepaskan proton (ion H+).
Teori asam-basa Bronsted Lowry bersifat luas, tidak hanya bergantung pada
pelepasan ion H+ atau ion OH-. Misalnya senyawa NH3 atau
ion NH2 dapat ditentukan sifatnya sesuai pasangan
reaksi.
o
Kelemahan
Kelemahan utama teori asam-basa Bronsted-Lowry dalah
untuk pelarut yang tidak mengandung proton tidak dapat digunakan. Kelemahan
lainnya kekuatan asam atau basa suatu zat sukar ditentukan. Selain itu, sifat
suatu zat tidak pasti, sangat bergantung pada pasangan reaksinya. Misalnya, air
dapat bersifat basa jika bereaksi dengan CH3COOH dan bersifat asam
jika bereaksi dengan NH3.
2.
TEORI ASAM-BASA LEWIS
Pada tahun 1923, G.N. Lewis, seorang ahli kimia Amerika Serikat.
Menurut
Lewis:
Asam:
zat/senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari zat/senyawa lain
untuk membentuk ikatan baru.
Basa:
zat/senyawa yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas dari zat/senyawa
lain untuk membentuk ikatan baru.
Produk dari reaksi asam-basa Lewis merupakan senyawa
kompleks. Proton merupakan asam Lewis. Lewis mengembangkan reaksi asam-basa
yang menyangkut zat/senyawa yang tidak mempunyai atom H dalam senyawanya.
Secara umum, reaksi asam-basa Lewis terjadi apabila ada basa yang mendonorkan
pasangan elektronnya dan asam yang menerima pasangan elektron tersebut untuk
membentuk ikatan baru. Produk yang terjadi dari reaksi asam-basa Lewis disebut
dengan senyawa kompleks (adduct) dan ikatan yang terjadi adalah ikatan kovalen
koordinasi.
Kelebihan teori asam
dan basa Lewis :
a. Teori
asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan asam
dengan pelarut lain dan bahkan dengan yang tidak mempunyai pelarut.
b. Teori
asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat basa dan asam
molekul atau ion yang memiliki PEB atau pasangan elektron bebas. Contoh
terdapat pada proses pembentukan senyawa komplek.
c. Teori
asam dan basa Lewis mampu menerangkan dan menjelaskan suatu senyawa
bersifat basa dari zat-zat organik, contohnya dalam DNA dan RNA didalamnya
mengandung atom N, nitrogen, dimana memiliki PEB atau pasangan elektron
bebas
Kekurangan teori basa
dan asam Lewis : Teori Lewis memiliki kelemahan yaitu hanya mampu
menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion
atau oktet.
bagus postingannya, tapi saya mau tanya bagaimanakah hubungan energy disosiasi dengan pajang ikatan?
BalasHapussetelah saya membaca postingan Anda, pada panjang ikatan mengapa ikatan rangkap lebih kecil ikatannya dari pada ikatan tunggal?
BalasHapus@soniafriansyah hubungan antara energi disosiasi dengan panjang ikatan baik-baik saja :) yakni para ilmuwan kimia menemukan bahwa jika semakin panjang ikatan pada molekul maka semakin besar pula energi disosiasi yang diperlukan untuk memutus molekul menjadi atom-atom individual
BalasHapus@lukitasari pada blog yang saya pos terdapat faktor yang mempengaruhi panjang ikatan . Bila ditinjau ikatan tunggal antara atom – atom yang sama, misalnya Cl – Cl, jari-jari kovalen ikatan tunggal suatu atom yakni setengah panjang ikatannya. Jadi jarak Cl – Cl, 988 Ao menghasilkan jari-jari kovalen sebesar 0,99 V bagi atom Cl. Bila terdapat perbedaan kelektronegativan yang besar antar dua atom, panjang ikatan biasanya lebih kecil dari pada jumlah jari-jari kovalen, kadang-kadang cukup besar selisihnya.
BalasHapuspostingan yang bagus, hanya sedikit saran tolong penjabaran di setiap teori bisa di beri contoh langsung dan kalau bisa di beri gambar untuk lebih jelasnya. terimakasih
BalasHapus@elsamariacristi terimakasih saudari elsa atas sarannya. saya menerima saran anda dan akan memperbaiki postingan saya
BalasHapus